Berita

Bahaya Anak Main Roblox Tiap Hari, Ini Dampak Psikologisnya

×

Bahaya Anak Main Roblox Tiap Hari, Ini Dampak Psikologisnya

Sebarkan artikel ini
Bahaya Anak Main Roblox
Bahaya Anak Main Roblox

Qolamnews.com, Roblox, salah satu game online terpopuler di dunia, telah menarik jutaan anak-anak untuk bermain setiap harinya. Dengan tampilan yang sederhana dan konsep permainan yang kreatif, Roblox dianggap sebagai game ramah anak. Namun, belakangan ini muncul kekhawatiran di kalangan orang tua, pendidik, dan pemerhati anak, terutama terkait dengan dampak psikologis bermain Roblox secara berlebihan.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga ikut angkat bicara. Mereka menilai bahwa game seperti Roblox yang berisi konten kekerasan perlu dibatasi penggunaannya, khususnya untuk anak-anak. Lantas, apa saja dampak psikologis yang mungkin terjadi? Dan bagaimana seharusnya orang tua bersikap?p Hari? Hati-Hati dengan Dampak Psikologisnya!

Roblox, Game Populer Anak yang Penuh Kontroversi

Roblox adalah platform game online yang memungkinkan pengguna membuat dan memainkan berbagai jenis permainan. Game ini sangat populer di kalangan anak-anak usia 7 hingga 15 tahun karena memberikan kebebasan berkreasi, bermain peran, hingga berinteraksi dengan pemain lain secara global.

Baca Juga  Twitter Memiliki Saingan baru yaitu sebuah Platform yang dibuat oleh Meta

Namun, di balik tampilannya yang ceria dan penuh warna, Roblox juga menyimpan potensi bahaya, terutama karena beberapa game di dalamnya mengandung adegan kekerasan, bahasa kasar, atau konten tidak layak bagi anak-anak. Karena sifat Roblox yang “user-generated content”, tidak semua game yang tersedia aman.

KPAI Peringatkan Bahaya Game Kekerasan: Anak Cenderung Meniru!

Komisioner KPAI Kawiyan menegaskan pentingnya pengawasan orang tua dan pembatasan game yang dimainkan anak. Menurutnya, anak-anak memiliki kecenderungan meniru apa yang mereka lihat, termasuk adegan kekerasan dalam game.

“Game yang berisi adegan kekerasan sangat berbahaya karena anak bisa meniru, bahkan tanpa disadari,” ujar Kawiyan.

KPAI juga mendorong implementasi Permen Komdigi No. 2 Tahun 2024 tentang klasifikasi game berdasarkan usia. Permen ini menegaskan bahwa game untuk anak tidak boleh mengandung kekerasan, pornografi, perjudian, atau bahasa kasar.

5 Dampak Psikologis Anak yang Kecanduan Roblox

Bermain Roblox dalam durasi yang wajar dan dengan konten yang aman sebenarnya bisa menjadi hiburan sekaligus media belajar. Namun, jika dilakukan secara berlebihan, efek negatifnya tidak bisa diabaikan. Berikut lima dampak psikologis yang harus diwaspadai:

1. Meningkatkan Agresivitas

Studi psikologi menunjukkan bahwa paparan konten kekerasan secara terus-menerus dapat meningkatkan risiko perilaku agresif pada anak. Anak bisa menjadi mudah marah, kasar dalam berbicara, dan menunjukkan perilaku yang tidak pantas.

2. Gangguan Tidur dan Kesehatan Mental

Anak yang kecanduan Roblox seringkali mengorbankan waktu tidur demi bermain. Akibatnya, mereka mengalami kelelahan, susah konsentrasi, bahkan gangguan kecemasan jika tidak bisa bermain.

Baca Juga  Apakah Iuran Tapera Bermanfaat Bagi Karyawan yang Sudah Memiliki Rumah ?

3. Penurunan Konsentrasi dan Prestasi Akademik

Waktu belajar tergeser oleh waktu bermain. Anak yang bermain Roblox berjam-jam cenderung kehilangan minat belajar, nilai akademiknya menurun, dan tidak fokus saat di sekolah.

4. Gangguan Sosial dan Isolasi

Terlalu asyik bermain game membuat anak enggan berinteraksi sosial. Mereka lebih memilih dunia virtual daripada bermain bersama teman sebaya secara langsung.

5. Risiko Ketergantungan Digital

Jika tidak diawasi, anak bisa mengalami kecanduan game. Ini ditandai dengan sulitnya anak lepas dari gadget, marah jika dilarang, dan lebih mementingkan game daripada aktivitas lain.

Aturan Pemerintah: Game untuk Anak Wajib Bebas Kekerasan

Pemerintah telah merespons kekhawatiran ini melalui regulasi. Permen Komdigi No. 2 Tahun 2024 mengatur klasifikasi game berdasarkan usia:

  1. usia 3 (tiga) tahun atau lebih;
  2. usia 7 (tujuh) tahun atau lebih;
  3. usia 13 (tiga belas) tahun atau lebih;
  4. usia 15 (lima belas) tahun atau lebih; dan
  5. usia 18 (delapan belas) tahun atau lebih.

Game yang ditujukan untuk anak usia 7 tahun ke bawah harus bebas dari unsur kekerasan, perjudian, pornografi, bahasa kasar, dan zat adiktif seperti rokok atau narkoba. Sayangnya, sebagian game di Roblox masuk kategori tidak layak namun tetap bisa diakses anak-anak.

Pemerintah juga tengah mendorong implementasi PP Tunas No. 17 Tahun 2025 tentang tata kelola sistem elektronik dalam perlindungan anak. Regulasi ini akan memperkuat pengawasan konten digital, termasuk game.

Baca Juga  Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua? Ini Tipsnya!

Sebagai garda terdepan, orang tua memiliki peran krusial. Berikut beberapa tips agar anak tetap aman saat bermain game:

  1. Batasi durasi bermain, maksimal 1 jam sehari untuk anak sekolah.
  2. Periksa konten game Roblox sebelum anak memainkannya.
  3. Aktifkan parental control dan fitur keamanan di Roblox.
  4. Libatkan anak dalam aktivitas fisik dan hobi di luar game.
  5. Edukasi anak soal risiko game kekerasan dan pentingnya kontrol diri.
  6. Komunikasi terbuka: tanyakan pengalaman bermain anak, siapa teman onlinenya, dan game apa saja yang mereka mainkan.

Roblox Boleh, Tapi Harus Diawasi Ketat

Roblox bukan sepenuhnya game berbahaya, namun tanpa pengawasan dan pembatasan, anak bisa terdampak secara psikologis. Kecanduan game dan paparan kekerasan digital bisa merusak perkembangan mental dan sosial anak.

KPAI dan pemerintah telah mengeluarkan regulasi, namun pengawasan utama tetap berada di tangan orang tua. Bijaklah dalam memberi akses game pada anak, pastikan mereka bermain dengan aman, sesuai usia, dan tetap seimbang dengan aktivitas dunia nyata.

Sebagaimana pesan KPAI:

“Orang tua wajib mendampingi dan membatasi anak dalam bermain game. Begitu juga dengan sekolah yang harus aktif mengawasi.”

Dengan kerja sama antara orang tua, sekolah, dan pemerintah, anak-anak Indonesia bisa tumbuh sehat secara digital dan mental.