QolamNews – Purbaya Yudhi Sadewa (lahir 7 Juli 1964, Bogor) resmi menjabat sebagai Menteri Keuangan Indonesia sejak 8 September 2025, menggantikan Sri Mulyani, di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Sebelumnya, Purbaya menjabat sebagai Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dari 2020 hingga 2025.
Daftar Isi
Karier Purbaya Yudhi Sadewa
Ia meraih gelar sarjana Teknik Elektro dari ITB dan melanjutkan studi Master serta PhD di bidang Ekonomi di Universitas Purdue, Amerika Serikat.
Purbaya memulai karier profesional sebagai field engineer di Schlumberger (1989–1994). Ia kemudian bergabung dengan lembaga riset Danareksa sebagai senior economist, lalu menduduki posisi Direktur Utama Danareksa Sekuritas (2006–2008).
Kariernya di bidang pemerintahan antara lain mencakup posisi staf khusus di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan dalam Komite Ekonomi Nasional.
Beliau kemudian menjadi deputi dan staf khusus di sejumlah kementerian sebelum diangkat sebagai Ketua Dewan Komisioner LPS.
Efek Purbaya, Kebijakan Awal dan Reaksi Pasar
Kebijakan perdana Purbaya memicu istilah “Efek Purbaya” — reaksi pasar terhadap langkah ekonominya.
Di antaranya, ia memindahkan dana SAL (Saldo Anggaran Lebih) senilai Rp200 triliun dari Bank Indonesia ke bank milik negara untuk meningkatkan likuiditas dan mendorong penyaluran kredit.
Pada hari pertamanya menjabat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,78%, sedangkan rupiah relatif stabil.
Analis dan ekonom memberikan tanggapan beragam: sebagian mendukung langkah tersebut sebagai stimulus pro‑pertumbuhan, sementara yang lain memperingatkan risiko inflasi dan moral hazard di sektor perbankan.
Kontroversi Sejak Hari Pertama
Kurang dari 24 jam setelah pelantikan, Purbaya menjadi sorotan publik akibat beberapa kontroversi.
Pertama, ia menyebut gerakan tuntutan rakyat 17+8 sebagai suara “sebagian kecil” yang menurutnya akan hilang jika pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 6–7 persen.
Pernyataan itu memancing kritik luas, dan ia pun mengeluarkan permintaan maaf, menyebut dirinya sebagai “menteri kagetan.”
Kedua, sebuah unggahan yang diduga dari anaknya, Yudo Achilles Sadewa, viral karena menyindir Sri Mulyani sebagai “agen CIA Amerika.” Akun tersebut kemudian hilang dari media sosial.
Tanggapan Publik dan Tantangan ke Depan
Publik dan pakar kebijakan memberikan sorotan tajam terhadap gaya komunikasi Purbaya yang dianggap overconfident.
Mereka menilai bahwa yang dibutuhkan saat ini bukan retorika, melainkan roadmap kebijakan yang jelas dan kredibel.
Pelaku pasar menerapkan strategi wait-and-see terhadap langkah kebijakan selanjutnya dari Kementerian Keuangan pimpinan Purbaya.
Sebagai figur baru di kabinet, Purbaya Yudhi Sadewa menghadapi tantangan besar untuk membuktikan bahwa kebijakan fiskalnya dapat mendorong pertumbuhan tanpa memicu risiko yang merugikan stabilitas ekonomi nasional.