Gaya Hidup

Negara Ini Juara Work-Life Balance 2025 – Kapan Indonesia Bisa Menyusul?

×

Negara Ini Juara Work-Life Balance 2025 – Kapan Indonesia Bisa Menyusul?

Sebarkan artikel ini
Work-Life Balance Terbaik 2025
Foto Ilustrasi Work-Life Balance

QolamNews – Selandia Baru resmi dinobatkan sebagai negara dengan work-life balance terbaik di dunia tahun 2025.

Negara di kawasan Pasifik Selatan ini mengungguli Irlandia dan Belgia berkat budaya kerja fleksibel, jam kerja manusiawi, serta dukungan kuat terhadap kehidupan pribadi warganya.

Namun, muncul satu pertanyaan penting: kapan Indonesia bisa menyusul?

Selandia Baru unggul dengan skor indeks tertinggi, menunjukkan bagaimana kesejahteraan karyawan bisa berjalan seiring dengan produktivitas tinggi.

10 Negara dengan Work-Life Balance Terbaik 2025

Menurut laporan terbaru Inilah.com, peneliti membandingkan 60 negara dari sisi keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi. Mereka menilai berdasarkan jam kerja, kebijakan cuti, fleksibilitas kerja, serta dukungan sosial bagi keluarga.

Baca Juga  Harga emas hari ini 3 September 2025: Antam & Galeri24 Sama-Sama Tembus Rekor, Ini Daftarnya!

Berikut 10 negara dengan skor tertinggi tahun 2025:

PeringkatNegaraSkor IndeksCatatan Unggulan
1Selandia Baru86,87Jam kerja fleksibel, banyak kerja paruh waktu, upah minimum naik
2Irlandia81,17Hak kerja dari rumah, cuti bagi korban kekerasan domestik
3Belgia75,91Hak untuk tidak membalas pesan kerja di luar jam kerja
4Jerman74,65Perluasan cuti anak & orang tua tunggal
5Norwegia74,20Cuti orang tua 49 minggu dengan gaji penuh
6Denmark73,76Jam kerja rata-rata hanya 32,5 jam/minggu
7Kanada73,46Pengasuhan anak terjangkau, kebijakan ramah gender
8Australia72,10Upah minimum tinggi, sistem kerja hybrid meluas
9Spanyol71,94Jam kerja dikurangi menjadi 37,5 jam/minggu
10Finlandia70,86Budaya kerja berbasis kepercayaan & hasil kerja

Rahasia Selandia Baru Jadi Juara Dunia

Selandia Baru berhasil memimpin dunia dalam urusan work-life balance berkat beberapa kebijakan progresif:

Baca Juga  Weton yang Diprediksi Berlimpah Rezeki di Tahun 2025 Menurut Primbon Jawa
  • Jam kerja manusiawi: rata-rata hanya 32–35 jam per minggu.
  • Budaya fleksibilitas: banyak perusahaan memberi opsi kerja paruh waktu atau hybrid.
  • Kesejahteraan keluarga diutamakan: pemerintah mendorong waktu luang untuk keluarga dan rekreasi.
  • Kenaikan upah minimum: kenaikan gaji diimbangi dengan biaya hidup yang stabil.

Masyarakat Selandia Baru menunjukkan tingkat kebahagiaan dan produktivitas tertinggi di dunia.

Apa Kabar Indonesia?

Berbeda dengan negara-negara di atas, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi. Data BPS menunjukkan sebagian besar pekerja di kota besar menghabiskan lebih dari 45 jam per minggu di tempat kerja.

Baca Juga  Film Aksi Terbaru yang Wajib Ditonton pada Liburan Tahun Baru

Meski begitu, perubahan mulai terlihat:

  • Sejumlah BUMN dan startup teknologi kini menerapkan model kerja hybrid.
  • Pemerintah mulai memperpanjang cuti melahirkan dan mendorong kebijakan ramah keluarga.
  • Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental karyawan mulai meningkat.

Langkah-langkah ini menjadi sinyal positif bahwa Indonesia mulai bergerak menuju budaya kerja yang lebih sehat.

Pelajaran dari Negara-negara Pemenang

Indonesia bisa belajar banyak dari negara-negara dengan peringkat work-life balance terbaik.
Pemerintah dan perusahaan perlu menerapkan kebijakan right to disconnect supaya pekerja bisa menolak pesan kerja di luar jam kantor.
Mereka juga bisa memperluas cuti orang tua berbayar bagi ibu dan ayah.
Selain itu, penting untuk mendorong jam kerja yang lebih singkat tanpa mengurangi produktivitas.
Perusahaan pun perlu membangun budaya kerja yang berlandaskan kepercayaan, bukan sekadar kehadiran fisik.

Jika Indonesia menjalankan langkah-langkah ini secara konsisten, negara ini berpeluang masuk dalam daftar dengan work-life balance terbaik di masa depan.

Kesimpulan

Negara-negara seperti Selandia Baru, Irlandia, dan Denmark membuktikan bahwa produktivitas tinggi tidak harus menuntut jam kerja panjang. Fokus pada kesejahteraan karyawan justru menghasilkan masyarakat yang lebih bahagia, loyal, dan kreatif.

Mungkin sudah waktunya Indonesia menata ulang budaya kerjanya agar keseimbangan hidup bukan lagi kemewahan, melainkan kebutuhan setiap pekerja.