Nasional

Mundurnya Direktur RSAR Situbondo, Apa yang Terjadi di Balik Layar?

×

Mundurnya Direktur RSAR Situbondo, Apa yang Terjadi di Balik Layar?

Sebarkan artikel ini
Mundurnya Direktur RSAR Situbondo, Apa yang Terjadi di Balik Layar?
Mundurnya Direktur RSAR Situbondo, Apa yang Terjadi di Balik Layar? | Foto : momentum.com

QolamNews.com, Situbondo – Berita pengunduran diri Direktur Rumah Sakit Abdoer Rahem (RSAR) Situbondo, dr. Roekmy, mencuat dan langsung menjadi perbincangan hangat di berbagai kalangan.

Sebagai rumah sakit milik Pemkab Situbondo, RSAR memegang peranan vital dalam pelayanan kesehatan masyarakat.

Pengunduran diri ini tentu menimbulkan tanda tanya besar, terutama mengingat RSAR adalah salah satu fasilitas kesehatan yang menjadi andalan masyarakat Situbondo.

Di tengah tekanan besar dari komite rumah sakit dan ancaman mogok kerja dari para karyawan, dr. Roekmy akhirnya mengambil langkah drastis dengan mengajukan surat pengunduran diri.

Situasi ini tidak hanya menjadi sorotan internal, tetapi juga mengundang perhatian Komisi IV DPRD Situbondo.

Lalu, apa sebenarnya yang melatarbelakangi keputusan ini? Bagaimana dampaknya terhadap manajemen dan pelayanan rumah sakit?

Latar Belakang Pengunduran Diri

Pengunduran diri dr. Roekmy ternyata bukan tanpa alasan. Dalam hearing bersama Komisi IV DPRD Situbondo, ia mengungkapkan bahwa langkah ini dilakukan untuk menjawab tuntutan dari forum komite RSAR. Terdapat 20 poin tuntutan yang diajukan, yang meliputi berbagai masalah operasional hingga transparansi manajemen.

Baca Juga  Biaya SIM A di Indonesia pada 2025: Apa yang Perlu Diketahui Pengemudi

Salah satu tuntutan utama adalah ketersediaan obat-obatan yang memadai untuk kebutuhan pasien, sebuah masalah yang sangat mendasar namun cukup pelik. Selain itu, ada desakan agar rumah sakit lebih terbuka dalam pengelolaan jasa medis. Tuntutan ini menjadi puncak tekanan, yang akhirnya membuat dr. Roekmy merasa perlu untuk mundur demi menjaga kondusivitas rumah sakit.

Meski begitu, dr. Roekmy menegaskan bahwa langkah ini diambil demi kebaikan RSAR. Ia berharap, dengan pengunduran dirinya, manajemen rumah sakit dapat lebih fokus pada perbaikan pelayanan dan menyelesaikan berbagai persoalan internal.

Respons Komisi IV DPRD

Menanggapi situasi yang cukup serius ini, Komisi IV DPRD Situbondo langsung memanggil pihak-pihak terkait, termasuk dr. Roekmy dan forum komite RSAR. Ketua Komisi IV, M. Faisol, menjelaskan bahwa tujuan pertemuan ini adalah untuk meredakan keresahan yang terjadi di internal rumah sakit.

“Tadi setelah dipanggil dan duduk bersama, akhirnya permasalahannya menjadi lebih jelas,” ujar Faisol. Salah satu isu utama yang menjadi pembahasan adalah masalah dana program Sehati yang belum dibayarkan oleh Pemkab Situbondo kepada RSAR.

Faisol menegaskan bahwa pihak DPRD akan berkoordinasi dengan DPKAD untuk mencari solusi terbaik agar permasalahan keuangan ini tidak mengganggu operasional rumah sakit. “Kami akan memastikan agar layanan kesehatan kepada masyarakat tetap berjalan dengan baik,” tambahnya.

Baca Juga  Elf Terguling di Baluran Situbondo, 11 Siswa SMAN 1 Panji Luka-Luka

20 Tuntutan yang Jadi Pemicu

Tuntutan dari forum komite RSAR menjadi kunci utama dalam dinamika ini. Berikut adalah beberapa poin yang paling disorot:

  1. Penyediaan obat-obatan: Forum komite meminta agar RSAR selalu menyediakan obat yang memadai untuk kebutuhan pasien, tanpa ada kelangkaan.
  2. Keterbukaan jasa medis: Transparansi dalam pengelolaan dana dan distribusi jasa medis menjadi tuntutan penting lainnya.
  3. Peningkatan fasilitas: Ada desakan agar RSAR meningkatkan fasilitas dan infrastruktur untuk mendukung pelayanan yang lebih baik.

Tuntutan ini mencerminkan adanya keresahan yang cukup dalam di antara para karyawan dan staf rumah sakit. Meski menjadi tekanan besar, dr. Roekmy berharap agar langkahnya mundur dapat membantu meredakan ketegangan ini.

Langkah ke Depan

Setelah hearing dengan DPRD, dr. Roekmy masih diberikan tanggung jawab untuk menyelesaikan beberapa masalah hingga akhir Desember 2024. Masa transisi ini menjadi waktu yang sangat penting untuk mencari solusi jangka panjang atas permasalahan yang ada.

Komisi IV juga menggarisbawahi pentingnya sinergi antara manajemen rumah sakit, Pemkab Situbondo, dan forum komite. Fokus utama saat ini adalah menciptakan kondisi yang kondusif di RSAR agar pelayanan kepada masyarakat tidak terganggu.

Baca Juga  Diduga Bocorkan 341 Ribu Data Anggota Polri, Bjorka Kembali Jadi Sorotan Publik

Selain itu, pengelolaan program Sehati juga menjadi perhatian utama. Dana yang belum terbayarkan dari Pemkab Situbondo harus segera dicairkan agar rumah sakit bisa menjalankan operasional dengan lebih lancar.

Dampak pada Pelayanan

Keputusan mundurnya dr. Roekmy tentunya berdampak besar pada stabilitas rumah sakit. Meski demikian, dengan adanya dukungan dari DPRD dan komitmen semua pihak untuk memperbaiki situasi, ada harapan bahwa RSAR bisa keluar dari krisis ini dengan lebih kuat.

Langkah-langkah perbaikan yang dilakukan selama masa transisi ini akan menjadi ujian bagi manajemen RSAR. Jika berhasil, krisis ini bisa menjadi momentum untuk melakukan reformasi besar-besaran di tubuh rumah sakit.

Penutup

Pengunduran diri dr. Roekmy bukan sekadar langkah mundur, tetapi juga menjadi cermin dari kompleksitas yang ada di RSAR Situbondo. Dengan adanya perhatian serius dari DPRD dan sinergi yang baik antara semua pihak, diharapkan rumah sakit ini bisa kembali fokus pada tujuan utamanya: memberikan pelayanan kesehatan terbaik untuk masyarakat.

Semoga, situasi ini tidak hanya menjadi batu sandungan, tetapi juga peluang untuk membangun RSAR yang lebih baik di masa depan. Pelayanan publik yang optimal adalah kunci kepercayaan masyarakat, dan RSAR harus menjadikan ini sebagai prioritas utama.

Sumber : Tribun Jatim Timur