QolamNews – Sejak awal tahun, harga perak tercatat naik lebih dari 70 %. Jauh melampaui emas yang tumbuh sekitar 50 %.
Reli agresif ini tak lepas dari permintaan tinggi di sektor teknologi dan ekspektasi penurunan suku bunga AS.
Data LSEG memperlihatkan bahwa harga perak sempat menembus rekor sekitar US$ 51,38 per ounce (sekitar Rp 834.000, dengan asumsi kurs Rp 16.200/USD).
Sementara itu, emas juga mencetak rekor baru di kisaran US$ 4.060 per ounce (sekitar Rp 65,7 juta).
Daftar Isi
Goldman Sachs Wanti-Wanti Risiko
Goldman Sachs mengingatkan bahwa reli perak ini sangat riskan karena tidak disokong oleh pembelian agresif dari bank sentral faktor kunci yang biasanya menopang reli emas.
Analis menyoroti bahwa kenaikan yang terlalu cepat bisa memicu koreksi signifikan jika sentimen pasar berbalik atau ekspektasi moneter berubah.
Faktor Pendorong dan Perbedaan Karakteristik
Perak lebih tergantung pada permintaan industri dan teknologi, sedangkan emas lebih menjadi aset safe haven. Ketika sektor teknologi tumbuh, permintaan perak ikut terangkat.
Namun, investor terus memilih emas sebagai instrumen likuid utama ketika gejolak pasar meningkat.
Ekspektasi pasar mendorong kenaikan harga kedua logam mulia ini karena pasar memperkirakan Federal Reserve AS segera menurunkan suku bunga, sementara investor aktif meningkatkan pembelian aset lindung nilai.
Kesimpulan
Meski perak kini menjadi primadona di pasar logam mulia dengan lonjakan harga yang mengesankan, potensi koreksi yang tajam tetap membayangi.
Analis dan institusi seperti Goldman Sachs mengingatkan agar investor tidak terlena oleh reli agresif tanpa mempertimbangkan kemampuan fundamental dan risiko pasar.
Sumber berita : money.kompas.com