Haji

3 Alasan Calon Jemaah Haji Demensia Sering Muncul Menjelang Keberangkatan

×

3 Alasan Calon Jemaah Haji Demensia Sering Muncul Menjelang Keberangkatan

Sebarkan artikel ini
3 Alasan Calon Jemaah Haji Demensia Sering Muncul Menjelang Keberangkatan
3 Alasan Calon Jemaah Haji Demensia, Jember, Selasa (13/5/2025).(DOKUMEN/AHES)

QOLAMNEWS.COM, Jember – Fenomena calon jemaah haji demensia sering muncul menjelang keberangkatan ke Tanah Suci. Sejumlah jemaah lansia menunjukkan perilaku tak biasa.

Seperti yang baru-baru ini terjadi di Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES), 2 calon jemaah haji asal Jember mengalami gejala demensia mendadak.

Salah satunya berteriak ingin pulang, sementara yang lain berniat mencarikan rumput untuk sapinya.

Fenomena ini bukan hal baru. Setiap musim haji, kasus serupa hampir selalu muncul. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Apa Itu Demensia?

Demensia adalah kondisi penurunan fungsi otak yang memengaruhi kemampuan berpikir, mengingat, dan berperilaku.

Calon Jemaah Haji Demensia umumnya terjadi pada lansia dan dapat menyebabkan seseorang kehilangan orientasi waktu, tempat, bahkan identitas diri.

Baca Juga  Gagal Berangkat Haji Furoda 2025! Ribuan Jemaah Terancam Rugi Ratusan Juta!

Demensia bukan bagian normal dari proses penuaan dan perlu perhatian medis, terutama saat penderitanya berada di lingkungan asing atau mengalami tekanan emosional.

Berikut 3 Alasan Calon Jemaah Haji Demensia

1. Perubahan Lingkungan Secara Mendadak Kepada Calon Jemaah Haji Demensia

Calon jemaah haji, khususnya yang lanjut usia, seringkali kesulitan beradaptasi ketika berpindah dari lingkungan rumah yang tenang ke suasana asrama yang sibuk dan padat aktivitas.

Situasi yang asing ini dapat menimbulkan kebingungan hingga stres psikis.

“Lansia terbiasa dengan rutinitas di rumah. Ketika masuk ke lingkungan baru yang ramai dan berbeda, otaknya bisa kesulitan menerima perubahan. Ini bisa memicu gejala demensia ringan atau kebingungan akut,” kata dr. Mochamad Gesta Robi Farmawan, Ketua Tim Kesehatan PPIH, saat dihubungi Qolamnews, Selasa (13/5/2025).

Menurutnya, otak lansia membutuhkan waktu lebih lama untuk beradaptasi. Tekanan suasana baru bisa mempercepat munculnya gangguan perilaku.

2. Kecemasan Kepada Calon Jemaah Haji Demensia Akan Meninggalkan Rumah dan Tanggung Jawab

Tak sedikit calon jemaah yang masih memiliki tanggung jawab di rumah, seperti hewan ternak atau cucu yang diasuh.

Baca Juga  Kemenag & PIHK, Siap Kawal Jemaah Haji Khusus 2025 – Aman, Nyaman, dan Mabrur!

Ketika akan berangkat haji, perasaan bersalah, cemas, atau takut kehilangan kontrol atas kehidupan rumah bisa mendominasi pikiran mereka.

“Banyak yang khawatir meninggalkan sapi, rumah, bahkan pekerjaan kecil yang biasa mereka lakukan. Ini menjadi beban mental yang bisa mengganggu kestabilan emosional, apalagi pada lansia,” jelas Gesta.

Dalam kasus CJH asal Jember, salah satu jemaah mengaku ingin pulang karena merasa belum memberi makan sapi peliharaannya. Bentuk kecemasan ini menjadi pemicu disorientasi dan perilaku tak wajar.

3. Gangguan Kognitif yang Tidak Terdeteksi Sebelumnya

Banyak lansia mengalami tahap awal demensia tanpa disadari oleh keluarga maupun petugas medis. Gejalanya baru muncul ketika mereka berada dalam tekanan emosional atau perubahan drastis.

“Pemeriksaan kesehatan biasanya fokus pada aspek fisik. Padahal demensia sering tersembunyi dan baru tampak saat jemaah berada dalam situasi stres, seperti menjelang keberangkatan haji,” terang Gesta.

Oleh karena itu, PPIH menyarankan pemeriksaan kesehatan yang lebih komprehensif, termasuk skrining kognitif bagi calon jemaah haji lansia.

Baca Juga  Wajib Baca! Aturan Berpakaian Jemaah Haji 2025, Resmi dari Kemenag

Jika terbukti mengalami demensia berat, mereka disarankan untuk melaksanakan badal haji, yakni ibadah haji yang diwakilkan oleh orang lain.

Pengawasan dan Pendampingan Adalah Kunci

Hingga 13 Mei 2025, AHES telah memberangkatkan sekitar 14.098 jemaah dan petugas, setara 39 persen dari total kuota nasional.

Di tengah keberangkatan yang terus berlangsung, kasus demensia menjadi perhatian serius, terutama dalam kelompok lansia.

Pendampingan ketat, perhatian dari keluarga, serta keterlibatan petugas kesehatan dengan pendekatan psikologis menjadi kunci untuk mencegah kasus serupa terulang.

“Kesehatan mental jemaah haji sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Jangan abaikan tanda-tanda kecil yang bisa berujung pada gangguan serius,” tutup Gesta.

Akhir Kata

Demensia pada calon jemaah haji dimensia bukan sekadar urusan medis, tapi juga persoalan kemanusiaan.

Pemahaman, empati, dan persiapan yang matang bisa mencegah kejadian tak diinginkan saat ibadah suci dijalankan.

Semoga ke depan, perhatian terhadap kesehatan mental jemaah, khususnya lansia, semakin ditingkatkan.

Ikuti Channel Telegram kami, untuk mendapatkan tips dan informasi terbaru dari kami