QolamNews.com – Membangun rumah tangga harmonis adalah impian setiap pasangan.
Namun, tidak jarang pernikahan menghadapi tantangan besar ketika pondasi hubungan tidak kokoh sejak awal.
Menyadari hal itu, Kementerian Agama (Kemenag) melalui Kantor Urusan Agama (KUA) menghadirkan inovasi menarik dalam Bimbingan Perkawinan (Bimwin), yaitu Tepuk Sakinah.
Banyak yang mengira hanya sebatas gimmick, tetapi sebenarnya metode ini adalah kunci untuk membantu calon pengantin memahami nilai-nilai fundamental keluarga sakinah.
Daftar Isi
Apa Itu Tepuk Sakinah?
Tepuk Sakinah adalah metode ice breaking yang dikembangkan dalam program Bimbingan Perkawinan (Bimwin) di KUA.
Calon pengantin diajak melakukan gerakan tepuk tangan sambil melafalkan yel-yel singkat yang berisi pesan moral.
Tujuannya sederhana: membuat materi pernikahan yang sering dianggap formal dan berat menjadi lebih mudah diingat, menyenangkan, dan menyentuh hati.
Metode ini bukan sekadar hiburan. Dengan pola ritmis dan repetisi, Tepuk Sakinah membantu calon pengantin menginternalisasi nilai-nilai pernikahan dalam Islam yang menjadi dasar rumah tangga harmonis.
Lirik Tepuk Sakinah
Agar lebih mudah dipahami, berikut lirik Tepuk Sakinah yang biasa digunakan dalam bimbingan perkawinan:
Berpasangan …
Berpasangan …
Berpasangan …
(tepuk tangan 3 kali)Janji kokoh …
Janji kokoh …
Janji kokoh …
(tepuk tangan 3 kali)Saling cinta
Saling hormat
Saling jaga
Saling ridhoMusyawarah untuk sakinah
Beberapa versi menambahkan kata “Mashlahah” di bagian akhir. Lirik ini sederhana namun mengandung pesan mendalam yang merefleksikan nilai-nilai utama dalam membangun rumah tangga sakinah, mawaddah, warahmah.
Tujuan dan Fungsi Tepuk Sakinah
Ada beberapa alasan mengapa Tepuk Sakinah KUA dinilai efektif dalam membekali calon pengantin:
- Menghafal lebih mudah – Pesan-pesan pernikahan dirangkai dalam bentuk sederhana, sehingga lebih cepat diingat.
- Mengurangi kekakuan – Bimbingan perkawinan sering terasa formal; ice breaking ini membuat suasana lebih cair.
- Memperkuat nilai Islami – Lirik yel-yel merujuk pada konsep keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah.
- Meningkatkan partisipasi – Catin (calon pengantin) lebih aktif, bukan hanya mendengar, tapi ikut bergerak dan berinteraksi.
- Menjadi pengingat jangka panjang – Saat menghadapi masalah rumah tangga, catin bisa kembali teringat pada yel-yel yang mereka pelajari.
Lima Pilar Keluarga Sakinah
KUA menekankan bahwa rumah tangga harmonis tidak hanya dibangun atas cinta, tetapi juga berdasarkan lima pilar keluarga sakinah. Dalam Tepuk Sakinah, lima pilar ini disampaikan dengan cara yang sederhana namun mendalam:
- Zawaj (berpasangan)
Menegaskan bahwa pernikahan adalah ikatan sah antara laki-laki dan perempuan, bukan sekadar hubungan sosial. - Mitsaqan Ghalizan (janji kokoh)
Akad nikah bukanlah formalitas, melainkan perjanjian suci yang harus dijaga dengan sepenuh hati. - Mu’asyarah bil Ma’ruf (hidup bersama dengan baik)
Suami dan istri wajib memperlakukan satu sama lain dengan penuh kasih sayang, menghormati perbedaan, dan saling mendukung. - Tanggung jawab dan keadilan
Setiap pasangan punya peran dan kewajiban. Suami sebagai pemimpin, istri sebagai pendamping, namun keduanya saling melengkapi. - Ketahanan keluarga
Rumah tangga harmonis dibangun di atas komunikasi sehat, kesabaran menghadapi masalah, serta kemampuan beradaptasi dengan dinamika kehidupan.
Bukan Gimmick, Melainkan Strategi Edukasi
Ada anggapan bahwa Tepuk Sakinah hanyalah gimmick atau formalitas belaka. Namun, Kemenag menegaskan bahwa metode ini adalah strategi edukasi yang didesain agar pesan penting tidak hanya didengar, tetapi juga diresapi.
Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag menyebut, inovasi ini terbukti meningkatkan keterlibatan peserta Bimwin. Banyak catin merasa lebih bersemangat dan mudah memahami konsep keluarga harmonis dibandingkan dengan metode ceramah biasa.
Dampak Positif bagi Calon Pengantin
Penerapan Tepuk Sakinah membawa sejumlah dampak positif:
- Psikologis: menciptakan suasana belajar yang hangat dan menyenangkan.
- Sosial: mempererat interaksi antar calon pengantin dalam satu kelas bimbingan.
- Spiritual: mengingatkan bahwa pernikahan adalah ibadah dan akad suci.
- Kognitif: memperkuat daya ingat tentang nilai-nilai dasar keluarga sakinah.
Tantangan dan Perluasan Metode
Meski efektif, penerapan Tepuk Sakinah KUA tetap menghadapi tantangan:
- Pendalaman materi – Yel-yel hanya sebagai pintu masuk. Diperlukan diskusi, studi kasus, dan refleksi agar pesan benar-benar dipahami.
- Keragaman budaya – Indonesia memiliki keragaman tradisi. Metode ini harus adaptif agar tidak terasa dipaksakan.
- Keberlanjutan – Setelah menikah, pasangan butuh dukungan lanjutan, misalnya konseling keluarga atau komunitas pendamping.
Selain itu, ada peluang memperluas metode ini ke ranah digital. Misalnya, dibuat versi video animasi atau aplikasi interaktif agar pesan-pesan Tepuk Sakinah bisa menjangkau lebih banyak orang, termasuk generasi muda yang lebih akrab dengan media digital.
Peran KUA dalam Membina Rumah Tangga Harmonis
Selama ini, KUA sering hanya dipandang sebagai tempat akad nikah. Padahal, peran KUA jauh lebih luas, yaitu membina masyarakat agar memiliki keluarga harmonis, berketahanan, dan sejahtera. Program Bimwin dengan inovasi seperti Tepuk Sakinah adalah bukti nyata bahwa KUA berupaya hadir sebagai mitra pasangan sejak sebelum menikah.
Kesimpulan
Tepuk Sakinah KUA bukan sekadar gimmick, melainkan strategi edukasi efektif yang membantu calon pengantin memahami nilai-nilai fundamental rumah tangga harmonis. Dengan lima pilar keluarga sakinah sebagai fondasi, metode ini memperkuat kesadaran bahwa pernikahan adalah ikatan suci yang harus dijaga bersama.
Di era modern dengan tantangan rumah tangga yang semakin kompleks, inovasi seperti ini menjadi penting. Tepuk Sakinah membuktikan bahwa edukasi pernikahan bisa dikemas secara kreatif, menyenangkan, dan tetap penuh makna.